Seni Rupa Zaman Islam
Seni rupa Islam
adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa
keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab,
Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada
571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun
sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu
dan tetap bertahan hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa
yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal
pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam
perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur
kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam
juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli
medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini,
perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan
seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan
permadani.
CIRI DAN PERIORIDASI
Seni
rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha ataupun Barat.
Ia merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat
adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur Tengah,
Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan penakulukan oleh bangsa Mongol.
Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol,
Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula
pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini disebabkan
miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra
dan musik sebenarnya memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman
pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya.
Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari berbagai daerah.
SENI RUPA ASLI JAZIRAH ARAB
Seni
rupa asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar wilayah
Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan pada
masa Nabi Muhammad.
Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab berupa bentuk bangunan segi empat
sederhana yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Bagian tengah
merupakan lapangan terbuka dengan dikelilingi pilar, dinding, dan
kamar-kamar. Lapangan berfungsi sebagai tempat salat berjamaah dan di
bagian depan kiblat terdapat mimbar untuk khatib yang memberikan ceramah
keagamaan. Contoh bangunan yang masih memperlihatkan ciri arsitektur
ini adalah Masjid Nabawi.
SENI RUPA UMAYYAH
Seni rupa pada
zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium, sebagai akibat
dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa
ini banyak memperlihatkan ciri seni rupa kristen awal, yaitu
bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa dilihat di Masjid
Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Interior masjid
ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi
oleh pengulangan geometris sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan di tengah masjid mulai
diganti oleh ruangan besar yang ditutup kubah.
Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan kelestarian
masjid-masjid, yaitu Kalifah Abdul Malik dan Kalifah Al-walid. Kalifah
Abdul Malik membangun Kubah Batu Karang (dikenal pula dengan nama Masjid
Quber esh Sakhra dan Masjid Umar) sebagai pengingat tempat dinaikkannya
Nabi Muhammad ke langit pada peristiwa Isra-Miraj. Selain itu dibangun
pula Masjid Al Aqsa.
Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri
tersendiri, yaitu bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing,
walaupun kini banyak yang telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair
Amra.
SENI RUPA ABBASYIAH
Perkembangan
seni rupa periode ini dimulai sejak tahun 747 M sebagai akibat
keruntuhan Dinasti Umayyah akibat revolusi oleh Keluarga Abbasiyah
bersama kelompok Syiah. Seni rupa ini terkonsentrasi di pusat
pemerintahan baru di daerah Baghdad dan kemudian pindah ke Sammara,
Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak). Walaupun sebenarnya Baghdad
adalah pusat pemerintahan dan kebudayaan, namun penyerangan oleh bangsa
Mongol membuat hampir seluruh peninggalan di daerah ini musnah, sehingga
bukti karya lebih banyak didapat di daerah-daerah sekitarnya.
Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan bangsa
Syria, Tiongkok, India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai banyak
penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni ilustrasi
berkembang.
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu
Delif, dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip
bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di bagian
ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi
berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.
Pindahnya kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan
dipindahkannya ibukota ke Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara
menjadi kuat.
SENI RUPA TURKI
Pengaruh Turki
didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada abad 11 M. Di bawah
kekuasaan ini Bizantium, Iran, Mesopotamia, dan Asia Kecil bersatu di
bawah kerajaan bercorak Islam.
Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil.
Antara lain ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan
kaligrafi dengan abjad nashi dan juga banyak pengaruh keramik-keramik
Tiongkok dari dinasti Sung.
SENI RUPA KORDOBA
Dimulai pada
tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan Moor. Contoh
peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan gabungan kesenian
Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak terorganisasi dengan baik
menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah pelengkung tapal kuda.
Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif yang diinspirasi oleh pengulangan ilmu ukur.
KONTROVERSI HUKUM SENI RUPA
Ada
banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam. Pandangan kaum
konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam beranggapan bahwa
segala bentuk peniruan adalah usaha menyaingi kesempurnaan Tuhan dan
wujud keinginan menciptakan Tuhan baru. Tetapi banyak pula yang
menyatakan bahwa bagaimanapun hasil penciptaan manusia tetap tidak akan
bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun Tuhan itu sendiri,
sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan saja, tetapi
diiringi pula dengan stilasi yang memperlihatkan keagungan Pencipta.
Sementara pendapat lain terbentuk atas pengaruh kebudayaan Eropa, yang
menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia sama sekali tidak bisa
dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru,
sehingga sama sekali tidak perlu dilarang
Bagaimanapun sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni
rupa Islam, karena sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan
berhala. Tetapi tidak sulit menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup dalam
bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa ditemukan lukisan-lukisan di
dinding istana dan gambar ilustrasi untuk buku-buku terjemahan ilmu
pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari ilustrasi buku aslinya.
KAMALUDIN BEHZAD MAESTRO SENI LUKIS MINIATUR
Maestro
seni lukis Persia. Begitulah Kamaluddin Behzad--pelukis miniatur
terkemuka dari Persia-- itu kerap dijuluki. Ia adalah pelukis miniatur
ulung yang mendedikasikan dirinya di istana Dinasti Timurid serta
Safawiyah. Sebagai pelukis andal, Behzad pun didapuk sebagai direktur
bengkel seni lukis (kitabkhana) yang memproduksi risalah bergambar
dengan gaya yang khas
Behzad terlahir sebagai anak yatim di kota Herat (Afghanistan)
pada 1450 M. Ia dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang pelukis
terkemuka bernama Mirak Naqqash. Behzad pun tumbuh sebagai anak yang
menggemari lukisan. Berkat kemampuan melukisnya, sang maestro pun
dipercaya penguasa Timurid, Sultan Husain Bayqarah (berkuasa 1469 M-1506
M), untuk menjadi pelukis istana.
Selain dipercaya Sultan, Behzad juga sering diminta oleh para penguasa
Timurid untuk melukis. Ketika kekuasaan Dinasti Timurid ambruk, pamor
Behzad sebagai maestro lukis tetap bersinar. Tak heran, jika penguasa
Dinasti Safawiyah yang berpusat di Tabriz juga mengangkatnya sebagai
pelukis istana. Saat itu, Dinasti Safawiyah dipimpin oleh Shah Ismail I
Safav.
Behzad pun diangkat sebagai direktur studio lukis istana Safawiyah.
Dengan kepercayaan itu, sang maestro pun mengembangkan seni lukis yang
kemudian menjadi ciri khas lukisan Persia. Pelukis Persia di era Behzad
kerap menggunakan susunan elemen-elemen arsitektur geometrik sebagai
struktur atau konteks komposisi dalam menyusun gambar. Behzad pun
memiliki kemampuan dalam membuat landskap.
Ia sering menggunakan simbol-simbol sufi dan simbol warna untuk
menyampaikan pesan. Behzad pun dikenal sebagai pelukis yang
memperkenalkan aliran naturalisme ke dalam lukisan Persia. Karya-karya
Behzad dikenal hingga ke peradaban Barat. Karya lukisnya digunakan dalam
buku Layla Majnun dan Haft Paykar.
Seperti halnya Abu Nuwas, sosok Behzad pun terbilang legendaris. Jika
figur Abu Nuwas masuk dalam cerita Hikayat 1001 Malam, Behzad pun
dijadikan salah satu figur dalam kisah novel karya Orphan Pamuk
berjudul, My Name is Red. Dalam novel itu, Behzad diceritakan sebagai
seorang pelukis miniatur Persia yang sangat hebat. Behzad dikisahkan
membutakan matanya sendiri dengan jarum. Behzad meninggal pada 1535 M.
Ia dimakamkan di Tabriz. Sosoknya hingga kini masih tetap dikenang.
Patung Behzad hingga kini masih tetap berdiri kokoh di 2-Kamal Tomb,
Tabriz--kota terbesar keempat di Iran. Behzad tetap dianggap sebagai
pelukis hebat dan legendaris milik bangsa Iran
MENGUMANDANGKAN KEINDAHAN MELALUI KALIGRAFI ISLAM
Keindahan
terus menyertai hadirnya karya seni Islam, apalagi kalau kita melihat
karya-karya lukis ornamen yang berangkat dari motif-motif flora yang
mengambil obyek-obyek yang ada di alam dan seisinya dengan mengutamakan
aspek keindahannya sebagai totalitas wacana isian yang dikemukakan
kepada publik seni Islam.
Dalam Al-qur’an yang penuh kisah-kisah indah tersebut paling tidak
terdapat 30 ayat tentang keindahan dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Dan, bila pelukis muslim bertolak dari ayat-ayat Al-qur’an
tersebut maka dalam dirinya senantiasa penuh dengan kalimat tauhid
setiap saat, maka lukisannya membuahkan hasil yang bernafaskan Islam
atau jauh dari bisikan-bisikan syetan. Mengingat pelukis Islam selalu
berpegang teguh dengan ayat-ayat Al-qur’an, tentulah yang bersangkutan
tidak akan takut atau menunggu dulu komando dari para alim ulama boleh
atau tidaknya melukis atau membuat lukisan sebagai karya sejauh jelas
tujuan, fungsi dan sasarannya serta tidak menyimpang dari ajaran agama
Islam seperti yang terkandung dalam Al-qur’an.
Namun tentulah akan jauh lebih berarti dan bermakna bila seniman lukis
Islam dan para alim ulama yang ada dapat seiring dan sejalan dalam
membentuk opini yang tidak menyimpang sesuai ajaran Islam terhadap
karya-karya lukis yang dihasilkan melalui wilayah kreativitas dan
penjelajahan senimannya yang dengan sendirinya seniman Islam tidak
ketinggalan dari aspek bentuk-bentuk karya dan nilai-nilai estetika yang
ada di dalamnya dengan hasil karya seniman non Islam.
Di Indonesia sendiri seni Islam berkembangan selain ditandai hadirnya
sejumlah arsitektur dengan interior pada mesjid-mesjid terkemuka di
tanah air, juga hadirnya dalam bentuk-bentuk ornamen yang mengambil
mortif-motif flora bahkan fauna yang distilasi dari aspek
bentuk-bentuknya diberbagai tempat dan lokasi yang setiap saat
menampilkan nilai keindahan, juga ditandai maraknya perkembangan seni
lukis kaligrafi Islam.
Walau diakui belum berumur panjang kehadiran seni lukis kaligrafi Islam
dengan seniman-seniman terkemuka yang ada di tanah air sejak 30 tahun
silam persisnya saat pameran kaligrafi Islam melalui Musabaqah Tilawatil
Qur’an di Semarang, Jawa Tengah saat pameran pertama digelar tahun 1979
yang kemudian berlanjut seiring kegiatan MTQ tersebut yang setiap saat
digelar diberbagai propinsi di tanah air. Lantas kemudian berbagai
diskusi pun bermunculan dengan pertanyaan mendasar yang muncul seperti
dikemukan Soedarso, SP saat itu, apa dan bagaimanakah seharusnya seni
lukis kaligrafi Islam itu sendiri?
Maka dari berbagai silang pendapat dan diskusi masalah kaligrafi sejalan
kegiatan pameran seni lukis kaligrafi Islam adalah soal batasan antara
seni kaligrafi dan seni lukis kaligrafi. Artinya seni kaligrafi lebih
tertuju pada seni tulis indah, sedangkan seni lukis kaligrafi adalah
yang menggunakan kaligrafi sebagai unsur utamanya. Perbedaannya, seni
kaligraf tidak mempunyai tugas lain kecuali mengekspresikan arti yang
dikandungnya, sementara seni lukis kaligrafi maka tulisan disini
berfungsi sebagai unsur disain dalam lukisan, bahkan bisa menjadi
tekstur dan bahkan menjadi bagian lukisan yang ingin ditonjolkan sebagai
centre of interest dengan berbagai teknik yang selama ini mewarnai
kancah seni lukis kaligrafi Islam di tanah air dari berbagai angkatan
periodesasi seniman yang terlibat di dalamnya.
Kecendrungan selama ini dalam seni lukis kaligrafi Islam huruf-huruf
yang dimanfaatkan adalah huruf Arab yang terkenal akan fleksibilitasnya
untuk menyesuaikan diri dengan kehendak pelukisnya, misalnya dalam
mengisi bidang-bidang persegi panjang, bulat serta bentuk-bentuk lainnya
atau mungkin untuk direntang, diliukkan tanpa mengubah arti, fungsi dan
makna huruf-huruf Arab itu sendiri dengan beberapa gaya dan corak
seperti huruf-huruf kufi, tsulus, naskhi, farisi yang memiliki
karakter sendiri-sendiri. ***